A. Surat Ibrahim Ayat 24-28
1. Surat
Ibrahim Ayat 24
a. Ayat dan terjemahan
Artinya: “tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah
telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya
teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit.
b. Kandungan
Q.S Ibrahim ayat 24
Perumpamaan
yang disebutkan dalam ayat ini, ialah perumpamaan mengenai kata-kata ucapan
yang baik, misalnya kata-kata yang mengandung ajaran tauhid, seperti “La
ilaha illa llah” atau kata-kata yang mengajak manusia kepada kebajikan dan
mencegah mereka dari kemungkaran. Kata-kata
seperti itu diumpamakan sebagai pohon yang baik, “akarnya tempat bersila, batangnya
tempat bersandar, daunnya tempat bernaung, dan buahnya lezat dimakan”. Artinya
memberi manfaat yang banyak.
Agama
islam mengajarkan kepada umatnya, agar membiasakan diri menggunakan ucapan yang
baik, yang berfaedah bagi dirinya dan bermanfaat bagi orang lain. Ucapan
seseorang menunjukan watak dan kepribadiannya serta adab dan sopan santunya.
Sebaliknya,
setiap muslim harus menjauhi ucapan dan kata-kata yang jorok, yang dapat
menimbulkan kemarahan, kebencian, permusuhan dan menyinggung perasaan atau
menumbulkan rasa jijik bagi yang mendengarnya.
2. Surat
Ibrahim Ayat 25
a.
Ayat dan Terjemahan
Artinya:
“pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.”
b.
Kandungan Q.S Ibrahim ayat 25
Dalam
ayat ini digambarkan, bahwa pohon yang baik selalu memberikan buahnya pada
setiap manusia dengan seizin Tuhanya. Sebab itu manusia yang mengambil manfaat
dari pohon itu hendaklah bersyukur kepada Allah, karena pada hakikatnya, bahwa
pohon itu adalah rahmat dan nikmat dari Allah SWT.
Demikian pula halnya
kata-kata yang baik yang kita ucapkan kepada orang lain, misalnya dalam
memberikan ilmu pengetahuan yang berguna dan manfaatnya akan didapat oleh orang
banyak. Dan setiap orang yang memperoleh ilmu pengetahuan dari seorang guru
haruslah bersyukur kepada Allah karena pada hakikatnya ilmu pengetahuan yang
telah diperoleh melalui seseorang adalah karunia dan rahmat dari Allah SWT.[1]
Dan Allah SWT mengadakan perumpamaan. Diberi
perumpamaan yang indah ini supaya manusia tetap ingat, agar bibit pohon yang
telah ditanam dalam jiwa dan akal kita sejak kita dilahirkan ke dunia jangan
sampai layu, biar dia tumbuh dengan suburnya.[2]
Contoh kalimat baik berarti juga iman : maka
pupuknya ialah ibadah dan zikir (ingat) yang tidak berhenti-henti kepada Allah
dan buahnya ialah amal.[3]
3. Q.S
Ibrahim ayat 26
a. Ayat
dan Terjemahan
Artinya:
“dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah
dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak)
sedikitpun.
b. Kandungan
Q.S Ibrahim ayat 26.
Dalam ayat ini disebutkan perumpamaan
kata-kata dan kalimat-kalimat yang jelek, yaitu ucapan-ucapan yang mngandung
kekufuran dan kemusyrikan atau yang mengajak kepada perbuatan maksiat.
Kata-kata yang jelek itu diumpamakan sebagai pohon yang buruk, yang akarnya
tercabut dari bumi, sehingga pohon tersebut tidak dapat teak dengan kokoh,
tidak dapat berdaun dan berbuah. Artinya tidak dapat memberi buah dan manfaat
lainnya bagi manusia, bahkan hanya memberikan madzarat, apabila pohon itu roboh
dan menimpa mereka.[4]
4. Q.S
Ibrahim ayat 27
a. Ayat
dan Terjemahan
Artinya:
“ Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan Ucapan yang teguh
itu dalam kehidupan di dunia dan di
akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang
Dia kehendaki.
b. Kandungan
Q.S Ibrahim ayat 27
Dalam ayat ini, Allah SWT menganjurkan bahwa
Dia meneguhkan orang-orang mukmin dengan ucapan-ucapan yang baik dan teguh,
baik di dalam kehidupan di dunia ini, maupun di akhirat. Dengan demikian, ada
hubungan timbal balik antara iman dengan
ucapan yang baik dan teguh.
Iman
mendorong seseorang untuk senantiasa menggunakan ucapan yang baik dan teguh. Sebaliknya, ucapan yang baik
itu dapat memelihara keteguhan iman seseorang.
Dan Allah SWT menegaskan bahwa Dia membiarkan
sesat orang-orang yang dzalim dan yang suka berbuat menurut kehendaknya
sendiri, dengan mengabaikan peraturan yang benar, antara lain ialah mengucapkan
kata-kata yang buruk yang mengajak kepada kekafiran, kemusyrikan, kemaksiatan,
dan sebagainya.[5]
5. Q.S
Ibrahim ayat 28
a. Ayat
dan Terjemahan
Artinya:
“tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan
kekafiran dan menjatuhkan kaumn ya
ke lembah kebinasaan?”
b. Asbab
An-Nuzul
Ayat ini diturunkan berkenaan dengan
orang-orang (tokoh-tokoh Quraisy) yang telah terbunuh dalam perang Badar.
Pengorbanan mereka demi kekufurannya, dan kekufurannya telah membinasakan diri mereka, kaumnya dan
negerinya sendiri, sedangkan tempat mereka di akhirat adalah neraka Jahanam.[6]
c. Kandungan
Q.S Ibrahim ayat 28
Ayat ini disampaikan dalam bentuk pertanyaan,
tetapi bukan untuk dijawab, melainkan hanyalah sebagai peringatan bagi kaum
Muslim agar mereka jangan sekali-kali berbuat dan bertindak seperti yang
dilakukan oleh orang kafir.
Menurut Ibnu ‘Abbas yang dimaksud dengan “orang-orang
yang telah menukar nikmat Allah SWT” dalam ayat ini adalah orang -orang kafir
Mekah. Mereka telah dianugrahi bermacam-macam nikmat yamg telah diberikan oleh
Allah SWT kepada bangsa lain. Negeri Mekah telah dijadikan sebagai tanah Haram
yakni tanah yang dihormati, tanah yang dijamin keamanannya, dan tempat
berdirinya Ka’bah yang dikunjungi manusia dari segala penjuru dunia setiap
tahun. Allah SWT telah mendatangkan air, makanan dan buah-buahan ke tanah yang
tandus itu. Nikmat yang lebih besar lagi ialah diangkatnya Muhammad dari bangsa
mereka sendiri sebagai Nabi dan Rasul penutup, yang membawa agama Allah SWT,
yang menjadi petunjuk, dan pegangan hidup bagi seluruh manusia.
Semua nikmat yang telah dilimpahkan itu
mereka ingkari. Bahkan mereka menyiksa Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin dan
menghambat tersiarnya agama Islam. Oleh karena itu, Allah SWT menimpakan azab
dan siksa kepada mereka berupa musim kemarau yang kering dan lama, sehingga
mereka banyak yang mati kelaparan.[7]
B. Surat At-Tahrim Ayat 10-11
1. Surat
At-Tahrim Ayat 10
a. Ayat
dan terjemahan
Artinya: “Allah membuat Isteri Nuh dan Isteri
Luthh sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah
pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba kami; lalu kedua
Isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), Maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka
sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): "Masuklah
ke dalam Jahannam bersama orang-orang yang masuk (Jahannam)".
Pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa diri
seseorang yang tidak yang tidak mempunyai kesediaan menerima iman, maka ia
tidak akan berubah dengan nasehat, pelajaran dan pergaulan dengan orang-orang
mukmin lagi bertakwa, seperti halnya Isteri Nuh dan Isteri Nabi Luth. Sekalipun
keduanya tinggal bersama dan serumah dengan Nabi-Nabi, suami mereka pun tidak
akan sanggup melunakkan hati mereka menerima keislaman dan keimanan. Sekalipun
berdampingan dan bergaul dengan orang-orang kafir dan orang-orang munafik, ia
tidak akan terpengaruh dan tidak akan berubah dengan kesesatan orang yang sesat
dan keterlaluan orang-orang yang zalim, seperti halnya Isteri Fir’aun.
b. Kandungan
Q.S At-Tahrim ayat 10.
Dalam ayat ini Allah SWT membuat suatu
perumpamaan yang menjelaskan keadaan orang-orang kafir yang tidak berguna
baginya pelajaran dan nasehat dari orang-orang mukmin yang jujur, antara lain istri
Nabi Nuh dan Wali’ah Isteri Nabi Luth. Keduanya di dalam asuhan dan pengawasan
dua orang Nabi, yang mestinya dapat memberikan petunjuk sehingga dapat
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat, tetapi keduanya tidak mau, bahkan
keduanya berbuat khianat dan kekafiran. Wali’ah menuduh suaminya gila,
sedangkan wali’ah menuntun kaum suaminya berbuat yang tidak wajar dan tidak
sopan terhadap tamu-tamu suaminya yaitu para malaikat. Keakraban kedua
Isteri-Isteri itu dengan suami-suaminya yaitu Nabi Nuh dan Nabi Luth dua hamba Allah yang saleh,
tidaklah dapat membendung dan mencegah keduanya dari berbuat khianat dan kufur.
Karena itu kedua Isteri pantas mendapat Azab Allah SWT dan akan dimasukan ke dalam
neraka bersama rombongan penghuni neraka, sebagai balasan yang setimpal dari
perbuatan keduanya yang jahat, yang merupakan dosa besar.
2. Surat At-Tahrim ayat 11
a. Ayat dan terjemahan
11. dan Allah membuat isteri Fir'aun
perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: "Ya Rabbku,
bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi- Mu[1488] dalam firdaus, dan
selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari
kaum yang zalim.
[1488] Maksudnya: sebaliknya Sekalipun isteri
seorang kafir apabila menganut ajaran Allah, ia akan dimasukkan Allah ke dalam Jannah.
b. Kandungan
Q.S At-Tahrim ayat 11
Pada
ayat ini, Allah SWT membuat perumpamaan sebaliknya yaitu keadaan orang-orang
yang beriman. Perumpamaan itu ialah Asiah binti Muzahim Isteri Fir’aun.
Dalam perumpamaan itu Allah menjelaskan bahwa
hubungan orang-orang mukmin dengan orang-orang kafir tidak akan membahayakan
kalau diri itu murni dan suci dari kotoran. Sekalipun Asiah binti Muzahim
berada di bawah pengawasan suaminya, musuh Allah yang sangat berbahaya, yaitu
Fir’aun, tetapi ia tetap beriman. Ia selalu memohon dan berdoa yang artinya:”Ya
Tuhanku !, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi Mu dalam surga dan
selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatanya, dan selamatkanlah aku dari kaum
yang zalim”.[8]
DAFTAR
PUSTAKA
As-Suyuti,
Al-Imam Jalaludin. Riwayat Turunnya Ayat-Ayat Suci Al-Qur’an. Surabaya:
Mutiara Ilmu Surabaya, 1986.
Departemen
Agama, Al-Qur’an Dan Tafsirnya. Jakarta: Departemen Agama RI, 2009.
Hamka,
Tafsir Al-Azhar Juzu’ 13 Dan Juzu’ 14. Jakarta: Pustaka Panjimas:
Jakarta, 1983.
Tim
Tashih Departemen Agama, Al Qur’an Dan Tafsirnya. Yogyakarta : PT Dana
Bhakti Wakaf, 1995.
http://mahmud09-kumpulanmakalah.blogspot.com/2013/12/kandungan-quran-surat-ibrahim-ayat-24.html
[4] Departemen Agama, Al-Qur’an Dan
Tafsirnya (Jakarta: Departemen Agama RI, 2009), Hal 145.
[5] Ibid., 146.
[6] Al-Imam Jalaludin As-Suyuti, Riwayat
Turunnya Ayat-Ayat Suci Al-Qur’an (Surabaya: Mutiara Ilmu Surabaya, 1986),
323.
[7] Ibid., 147-148.
[8] Tim Tashih Departemen Agama, Al Qur’an Dan Tafsirnya (Yogyakarta : PT
Dana Bhakti Wakaf, 1995), 231.
Sign up here with your email