Oleh :
Alfathur Fatihah
Alya Qisti
Dewi Indah Pertiwi
Diela Anisa Magfiroh
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang proses mental dan perilaku. Pada umumnya, manusia tidak lepas dari kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi kejiwaan manusia. Apabila manusia mampu mengendalikan kejiwaannya maka aktivitas yang dilakukan akan berjalan dengan baik. Akan tetapi dalam kenyataannya, banyak yang menggunakan nafsunya. Maka, sebaiknya manusia dapat mengendalikan kejiwaannya dengan baik dan mampu menggunakan ilmunya agar hidupnya lebih terarah. Tentang kejiwaan ini terdapat dalam ilmu psikologi.
Dalam psikologi terdapat beberapa gejala jiwa manusia yang harus diketahui, salah satunya yaitu gejala campuran atau psikomotorik. Didalam gejala campuran atau psikomotorik membahas tentang macam-macam gejala, seperti, perhatian, kelelahan, dan sugesti.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian gejala campuran atau psikomotorik?
2. Apa saja macam-macam gejala campuran atau psikomotorik?
Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian gejala campuran atau psikomotorik.
2. Untuk mengetahui macam-macam gejala campuran atau psikomotorik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Gejala Campuran (Psikomotorik)
Gejala-gejala jiwa pada manusia tidak memandang ras, suku, bangsa, serta baik jenis kelamin maupun umur. Namun hal tersebut masih perlu dipahami bagi setiap pendidik pada umumnya. Kenyataan bahwa gejala-gejala jiwa yang dimiliki oleh setiap peserta didik tidaklah sama dengan kekuatan dan kelebihannya dalam menerima rangsangan yang berbeda. Sebab itu, maka dengan mengenal dan memahami kelebihan serta kekurangan peserta didik yang berbeda akan mampu mengarahkan proses pembelajaran yang sesuai dengan fungsinya, serta mampu memberikan bahan pelajaran sesuai dengan kepekaan gejala jiwa peserta didik.1
Gejala jiwa pada manusia dibedakan menjadi gejala pengenalan (kognisi), gejala perasaan (afeksi), gejala kehendak (konasi), dan gejala campuran (psikomotorik). Gejala kognisi merupakan suatu proses upaya manusi dalam mengenal stimulus yang masuk kedalam alat indra, menyimpan, menganalisis, menghubungkan, dan memecahkan masalah berdasarkan stimulus tersebut. Gejala afeksi merupakan kemampuan untuk merasakan suatu stimulus yang diterima, termasuk didalamnya perasaan sedih, senang, bosan, marah, benci, dan lainya. Sedangkan gejala psikomotorik atau campuran merupakan campuran dari gejala kognitif dan afektif, yang memunculkan suatu gerakan (tingkah laku) tertentu.2
B. Macam-macam Gejala Campuran atau Psikomotorik
1. Perhatian
a. Pengertian Perhatian
Perhatian berhubungan erat dengan kesadaran jiwa terhadap suatu objek Yang direaksi pada suatu waktu. Terang tidaknya kesadaran kita terhadap suatu objek tertentu tidak tetap, ada kalanya kesadaran kita meningkat (menjadi terang) dan adakalanya kesadaran kita (menjadi samar-samar). Keadaan lapangan kesadaran dan kekuatanya tidak tetap pula, kadang-kadang menjadi sempit. Hal ini tergantung pada pengarahan aktivitas jiwa terhadap objek tersebut.
Taraf kesadaran kita akan meningkat kalau jiwa kita dalam mereaksi sesuatu meningkat juga. Apabila taraf kekuatan kesadaran kita naik atau menjadi giat karena suatu sebab, maka kita berada pada permulaan perhatian. Perhatian timbul dengan adanya pemusatan kesadaran kita terhadap sesuatu.
Perhatian yaitu keaktifan jiwa yang di arahkan kepada suatu objek, baik di dalam maupun di luar dirinya. Pemusatan kesadran jiwa terhadap suatu objek berarti tidak semua objek yang bersamaan timbul menjadi sasaran kesadaran, tetapi ada sebagian objek yang di kesampingkan. Makin kuat konsentrasi jiwa, makin cepat lenyapnya unsur-unsur yang tidak menjadi sasaran dari lingkungan kesadaran. Objek yang menjadi sasran mungkin hal-hal yang ada dalam dirinya sendiri, misalnya: tanggapan, pengertian, perasaan, dsb, mungkin hal-hal yang berada di luar dirinya, misalnya: keadaan alam, keadaan masyarakat, sosial ekonomi dan sebagainya.
b. Perhatian dibagi beberapa macam, berikut penjelasannya:
1) Perhatian spontan dan disengaja
a) Perhatian spontan disebut juga perhatian asli atau perhatian langsung, yaitu perhatian yang timbul dengan sendirinya oleh karena tertarik pada sesuatu dan tidak didorong oleh kemauan.
b) Perhatian sengaja yaitu perhatian yang timbulnya didorong oleh kemauan karena adanya tujuan tertentu.
2) Perhatian statis dan dinamis
a) Perhatian statis adalah perhatian yang tetap pada sesuatu. Ada orang yang mencurahkan perhatianya kepada sesuatu seolah-olah tidak berkurang kekuatanya. Dengan perhatian tetap itu maka dalam waktu yang agak lama orang dapat melakukan sesuatu dengan perhatian yang kuat.
b) Perhatian dinamis adalah perhatian yang mudah berubah-ubah, mudah bergerak, mudah perpindah dari objek yang satu dengan objek yang lain.
3) Perhatian konsentratif dan distributif
a) Perhatian konsentratif (perhatian memusat) adalah perhatian yang hanya ditunjukkan kepada satu objek masalah tertentu.
b) Perhatian distributif (perhatian terbagi-bagi), dengan sifat distributif ini orang dapat membagi-bagi perhatianya kepada beberapa arah dengan sekali jalan dalam waktu yang bersama.
4) Perhatian sempit dan luas
a) Perhatian sempit adalah orang yang mempunyai perhatian sempit dengan mudah memusatkan perhatian kepada suatu objek yang terbatas, sekalipun ia berada dalam lingkungan ramai.
b) Perhatian luas adalah orang yang mempunyai perhatian luas mudah sekali tertarik oleh kejadian-kejadian sekelilingnya.
5) Perhatian fiktif dan fluktuatif
a) Perhatian fiktif adalah perhatian yang mudah dipusatkan pada suatu hal dan boleh dikatakan bahwa perhatianya dapat melekat lama pada objeknya.
b) Perhatian fluktuatif adalah orang yang mempunyai tipe ini pada umumnya dapat memperhatikan bermacam-macam hal sekaligus, tetapi kebanyakan tidak seksama.
2. Kelelahan
a. Pengertian Kelelahan (Fatigue)
Pengertian Kelelahan secara sempit memang hanya sebatas lelah fisik yang dirasakan saja. Hal ini dikarenakan setiap orang yang merasakan kelelahan hanya terbatas pada keluhan-keluhan fisik yang mereka rasakan saja. Kelelahan adalah perpaduan dari wujud penurunan fungsi mental dan fisik yang menghasilkan berkurangnya semangat kerja sehingga mengakibatkan efektifitas dan efisiensi kerja menurun. Menurut kroemer (1997), kelelahan merupakan gejala yang ditandai adanya perasaan lelah dan kita akan mersa segan dan aktifitas akan melemah serta ketidakseimbangan pada kondisi tubuh. Kelelahan mempengaruhi kapasitas fisik, mental dan tingkat emosional seseorang, dimana dapat mengakibatkan kurangnya kewaspadaan, yang ditandai dengan kemunduran reaksi pada sesuatu dan berkurangnya kemampuan motorik.
b. Gejala Kelelahan pada Manusia
Sejak lahir sampai menjelang meninggal dunia manusia mempunyai dorongan-dorongan untuk bergerak dan melakukan bermacam-macam kesibukan. Gerak-gerak yang dlakukan itu tidak sama bentuk dan tingkatannya, ada yang beruspa gerak-gerak reaksi, disusul gerak kaki dan tangan, merangkak, berjalan, berlari, dan ada pula kesibukan-kesibukan bekerja, kesemuanya membutuhkan kekuatan dan kemampuan. Semua gerak dan kesibukan itu mempunyai arti bagi manusia. Tetapi pada suatu saat kekuatan untuk berbuat itu makin lama makin berkurang. Berkurangnya kekuatan bergerak (baik jasmani maupun rohani), akan memberi pengaruh mengurangkan prestasi-prestasi yang akan dicapai. Gejala berkurangnya manusia untuk melakukann sesuatu disebut kelelahan/keletihan/kelesuan/kepenatan. Sebaliknya kita mengetahui juga, bahwa tenaga manusia itu ada batasnya. Batas itulah yang menunjukkan datangnya keletihan. Dalam melakukan pekerjaan sehari-hari, orang melakukan kerja jasmani dan rohani. Karena sesuatu kesibukan maka sampailah orang pada batas kekuatannya dan saat itu tibalah keadaan lelah. Sebenarnya kelelahan itu adalah sesuatu keadaan atau kondisi, baik kondisi jasmani maupun kondisi psikis, bukan suatu dorongan tertentu.Namun demikian kelelahan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan manusia. Karena alasan itulah maka kelelahan dimasukkan didalam gejala campuran.
c. Sistem penggerak Kelelahan
Kelelahan diatur secara terpusat oleh otak. Terdapat struktur susunan syaraf pusat yang berperan penting dalam mengontrol fungsi secara luasdan konsisten yaitu reticular formation atau penggerak pada medulla yang berfungsi meningkatkan dan mengurangi sensitivitas dari cortex cerebri . Cortex cerebri berfungsi sebagai pusat kesadaran meliputi persepsi, perasaan subjektif, refleks dan kemauan. Keadaan dan perasaan lelah merupakan reaksi fungsional dari fusat kesadaran yang dipengaruhi oleh sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi) yang saling bergantian. Sistem penghambat terdapat dalam thalamus yang bekerja menurunkan kemampuan manusia bereaksi dan mengakibatkan kecenderungan untuk tidur, Sedangkan sistem penggerak terdapat di formation retikularis yang dapat merangsang tubuh untuk bekerja, berkelahi, melarikan diri dan lainnya.Keadaan seseorang sangat bergantung kepada hasil kerja dua system tersebut. Apabila system penghambat lebih kuat, seseorang akan berada pada kelelahan.Sebaliknya, apabila system aktivasi lebih kuat seseorang maka akan dalam keadaan segar untuk melakukan aktivitas. Kedua sistem harus berada dalam kondisi yang memberikan stabilitas kepada seluruh tubuh, agar tenaga kerja berada dalam keserasian dan keseimbangan.
d. Sebab-sebab Kelelahan
Kelelahan disebabkan karena berlangsungnya suatu aktifitas atau pekerjaan, baik aktifitas jasmani maupun rohani. Maka ada kemungkinan:
1) Kelelahan disebabkan oleh pekerjaan jasmani, misalnya: mencangkul, berolahraga, berjalan jauh, memikul berat, bersepeda dan sebagainya.
2) Kelelahan disebabkan oleh pekerjaan jiwa, misalnya memikirkan masalah–masalah yang pelik, lama berkonsentrasi, mengerjakan soal-soal hitungan, membaca terlalu lama dan sebagainya.
e. Macam-macam kelelahan
1) Kelelahan Jasmani : Kalau kekuatan jasmani berkurang, sehingga tidak dapat melkukan sesuatu dengan semestinya, maka orang itu mengalami kelelahan jasmani.
2) Kelelahan Rohani : Kalau kekuatan jiwa berkurang, sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan psikis dengan semestinya, maka orang itu dikatakan mengalami kelelahan rohani atau kelelahan jiwa.
Di samping kelelahan fisik, kita juga mengenal kelelahan psikis. Pada kelelahan psikis sering muncul gejala lemas bagaikan habis terkuras tenaga, dan muncul gangguan dalam fungsi-fungsi psikis, misalnya berkurangnya daya konsentrasi dan minat, hilang daya ingatan, cepat lupa dll. Kelelahan otot tidak ada, akan tetapi lebih banyak muncul gejala nerveus dan sakit kepala. Gejala kelelahan dikelas tampak nyata dengan penampilan sebagai berikut: orang/anak-anak menjadi gelisah, bergerak kian kemari, kaki digeser-geserkan, tangan digerak-gerakan menjadi tidak sabaran, menjadi ribut dan sukar dikendalikan, tiddak berminat, berulang-ulang melihat jam, dan lain-lain.
f. Usaha-Usaha Menghilangkan Kelelahan
Cara menghilangkan rasa lelah pada umumnya orang beristirahat atau menghentikan apa yang dijalankan. Tentang menghentikan aktivitas sudah tentu harus disesuaikan dengan jenis aktivitasnya.
1) Menghentikan pekerjaan jasmani untuk menghilangkan kelelahan jasmani. Untuk menghilangkan kelelahan jasmani, cukuplah kiranya kalau orang menghentikan pekerjaan yang dilakukan, duduk-duduk, tidur dan sebagainya.
2) Menghentikan pekerjaan rohani untuk menghilangkan kelelahan rohani. Untuk menghilangkan kelelahan rohani kadang-kadang orang tidak cukup menghentikan pekerjaan yang dilakukan, tetapi kadang-kadang orang tidak perlu menghentikan sepenuhnya pekerjaan / berpikir yang dilakukan. Misalnya: berjalan-jalan, menonton film, bersenda gurau dan sebagainya. Dengan cara demikian biasanya kelelahan jiwa dapat hilang dan kembali kuat dan segar.
3. Sugesti
a. Pengertian Sugesti
Sugesti (saran), ialah pengaruh terhadap jiwa dan tigkah laku seseorang dengan maksud tertentu, sehingga pikiran, perasaan dan kemauan terpengaruh olehnya, dan menuruti saja pengaruh tersebut, tanpa dengan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu. Sugesti adalah pengaruh yang berlangsung terhadap kehidupan yang psikis dan segenap perbuatan kita, dengan mana perasaan , pikiran dan kemauan kita sedikit atau banyak dibatasi. Orang-orang yang mudah terkena sugesti disebut sugestibel, dan mereka yang memiliki daya pengaruh terhadap orang lain disebut sugestif.
Otosugesti adalah sugesti yang keluar dari diri sendiri. Otosugesti itu mempunyai pengaruh yang besar sekali tehadap sukses atau gagalnya usaha kiat. Kecemasan dan ketidakpercayaan diri misalnya, memeberikan pengaruh sugestif yang melelahkan pada pribadi. Sebaliknya optimisme dan kepercayaan diri memberi sugesti yang poositif pada keberhasilan suatu pekerjaan. Keadaan dimana seseorang sangat peka terhadap sugesti ialah dalam keadaan hipnosia. Hipnosia adalah kondisi yang mirip sekali dengan tidur, namun tetap disertai dengan unsur konsentrasi dan perhatian, dengan mana orang yang bersangkutan terbuka sekali bagi sugesti-sugesti yang diberikan oleh hipnotiseu (yang menhipnotisir), dan tidak peka terhadap perangsang-perangsang lainnya
Sugesti mempunyai arti yang besar dalam pemestian dan fakta sosial, misalnya di sekolah-sekolah, bidang perguruan, di balai pengadilan bidang pemerintahan, penentuan keputusan, dan lain-lain. Individu-individu yang bersangkutan akan tersugerir oleh nasehat-nasehat, informasi-informasi lisan, tulisan disurat kabar, ucapan saksi, dll. Betapapun besarnya pengaruh sugesti ini pada orang lain, namun tetap saja ada batas pengaruhnya. Agar supaya sugesti-sugesti itu diterima, diperlukan adanya psikis yang sama, yaitu pikiran dan perasaan yang kurang lebih sejenis dalam kehidupan sendiri, sama dengan milik pemberi sugesti.
Semua jenis pekerjaan bisa diperingan oleh sugesti-sugesti yang positif. Maka kemampuan memberi sugesti yang positif ini dimasukan dalam kategori untuk seni mengajar dan seni memimpin. Yaitu seni untuk membangkitkan gairah kerja dan gairah belajar, menciptakan suasana yang menggembirakan, penuh harapan, menimbulkan minat. Namun hendaknya diusahakan agar anak didik tidak bergantung pada sugesti-sugesti ini. Sugesti tersebut masih perlu diberikan selama anak atau orang dewasa yang bersangkutan belum mampu memilih jalan hidupnya sendiri, dan memerlukan bimbingan.
Dengan begitu, sugesti juga bisa dimanfaatkan untuk pendidikan kemauan dan pemupukan dan pemilihan motivasi. Lambat laun, sugesti-sugesti ini perlu dikurangi, agar orang sampai pada pikiran sendiri, wawasan / insight sendiri keyakinan sendiri dan tanggung jawab sendiri.
b. Alat-alat sugesti
Dibawah ini contoh beberapa alat-alat sugesti :
1) Pandangan mata. Misalnya dengan pandangan mata yang menyala atau meredup orang dapat mencapai apa yang dikehendaki, meskipun orang yang dipandang itu merasa terpikat atau terpaksa.
2) Dengan suara (kata-kata). Misalnya dengan kata-kata yang merayu atau kata-kata kasar seseorang dapat pula menuruti kehendaknya.
3) Dengan air muka. Orang dapat seakan memaksa seseorang menuruti kehendaknya, bila ia mempergunakan air mukanya. Misalnya dengan muka berseri, senyum, merah padam, kecut, sinis dan lain-lainnya.
4) Dengan suri teladan, sesungguhnya orang tidak perlu memrintahkan sesuatu dengan kasar, keras bahkan dengan ancaman kalau ia sendiri tidak menjalankan apa yang diperintahkan.
5) Dengan gambar. Dengan teknik reklame. Misalnya seseorang lekas terpengaruh dengan gambar bintang film, kemudian menonton.
6) Dengan semboyan. Ini misalnya yang dipergunakan dalam memperbuat usaha yang besar. Misalnya dalam usaha merebut kemerdekaan kita bersemboyan merdeka atau mati.
c. Syarat-syarat yang memudahkan sugesti itu terjadi yaitu :
1) Sugesti karena hambatan berfikir.
2) Sugesti karena mayoritas.
3) Sugesti karena ingin keinginan untuk meyakini dirinya sendiri.
d. Manfaat sugesti dalam pendidikan
1) Dengan sugesti anak yang malas, yang menderita rasa harga kurang dan anak yang hampir putus asa, dapat menjadi seha, dengan sugesti yang positif.
2) Terutama dengan autosugesti, anak dapat mengalami sesuatu semangat yang baru baginya. Ia menyadari kekuatannya, kelebihannya, dan sebagainya.
3) Dengan suara yang lemah lembut, sinar mata yang jernih, roman muka yang berseri dan bujukan yang manis, guru bisa lebih berhasil mencapai maksudnya.
e. Bahaya dari sugesti
1) Sugesti yang negatif. Orang yang memberi sugesti semacam ini dapat membunuh orang yang disugesti.
2) Sugesti yang tidak tepat. Misalnya seorang guru yang memerintahkan kepada muridnya dengan segala kekerasan. Sedang ia sendiri tida melakukan seperti apa yang ia perintahkan. Guru inilah sebenarnya merusak jiwa anak.
3) Autosugesti yang berlebih-lebihan. Dalam autosugesti kadang orang lupa kepada kesanggupan sebenarnya yang ada padanya. Kemudian ternyata ia tidak berhasil, ia mudah sekali masuk kelembah putus asa.
4) Masa sugesti yang berlebih-lebihan. Para demonstrasi misalnya, berkobar-kobar rasa binatangnya, terhadap orang yang didemonstrasi. Apabila salah seorang dari demonstran ini berbuat sesuatu mungkin hanya pura-pura, maka seluruh demonstran akan berbuat semacam itu yang lebih bersungguh-sungguh. Karena itulah tidak jarang terjadi pembunuhan dalam demonstrasi-demonstrasi.
5) Sekolah harus berusaha agar anak-anaknya dapat mengendalikan diri, supaya tidak mudah terlibat dalam sugesti.3
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gejala jiwa pada manusia dibedakan menjadi gejala pengenalan (kognisi), gejala perasaan (afeksi), gejala kehendak (konasi), dan gejala campuran (psikomotorik). Gejala kognisi merupakan suatu proses upaya manusi dalam mengenal stimulus yang masuk kedalam alat indra, menyimpan, menganalisis, menghubungkan, dan memecahkan masalah berdasarkan stimulus tersebut. Gejala afeksi merupakan kemampuan untuk merasakan suatu stimulus yang diterima, termasuk didalamnya perasaan sedih, senang, bosan, marah, benci, dan lainya. Sedangkan gejala psikomotorik atau campuran merupakan campuran dari gejala kognitif dan afektif, yang memunculkan suatu gerakan (tingkah laku) tertentu.
Gejala psikomotorik pada manusia dibagi menjadi 3 yaitu perhatian, kelelahan dan sugesti. Perhatian yaitu keaktifan jiwa yang di arahkan kepada suatu objek, baik di dalam maupun di luar dirinya. Pemusatan kesadran jiwa terhadap suatu objek berarti tidak semua objek yang bersamaan timbul menjadi sasaran kesadaran, tetapi ada sebagian objek yang di kesampingkan. Pengertian Kelelahan secara sempit memang hanya sebatas lelah fisik yang dirasakan saja. Hal ini dikarenakan setiap orang yang merasakan kelelahan hanya terbatas pada keluhan-keluhan fisik yang mereka rasakan saja. Kelelahan adalah perpaduan dari wujud penurunan fungsi mental dan fisik yang menghasilkan berkurangnya semangat kerja sehingga mengakibatkan efektifitas dan efisiensi kerja menurun. Sugesti (saran), ialah pengaruh terhadap jiwa dan tigkah laku seseorang dengan maksud tertentu, sehingga pikiran, perasaan dan kemauan terpengaruh olehnya, dan menuruti saja pengaruh tersebut, tanpa dengan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
1Muhammad Khoirul Umam, “Paradigma Simtoma Jiwa Sebagai Metode Memahami Kognisi Peserta Didik”, Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini: Vol. 1, No.1, 2020.
2Firdausi Nuzula,”Psikologi dan Komunikasi”, Jurnal: Vol. VIII, No. 2, 2015.
3Gerungan, Diploma Psychilogy ( Psikologi Sosial ), (Bandung: PT Refika Aditama,2004),20-27.
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon