TEORI BELAJAR KOGNITIF

 Oleh:

Agustin Ningsih 

Arina Manasikana 

Cahyo Dwi Sutrisno 

Chosita Dwi Primadani


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap individu pasti sudah tidak asing dengan istilah belajar dan setiap individu pasti melakukan kegiatan atau aktivitas belajar, baik yang disengaja ataupun tidak, baik secara langsung maupun tidak, dan baik disekolah maupun di lingkungan keluarga atau masyarakat. Khodijah (2014) menyatakan tentang definisi belajar, yaitu (1) belajar adalah sebuah proses yang memungkinkan seseorang memperoleh dan membentuk kompetensi, keterampilan, dan sikap yang baru, (2) proses belajar melibatkan proses-proses internal yang terjadi berdasarkan pengalaman, latihan, dan interaksi sosial, (3) hasil belajar ditunjukkan oleh terjadinya perubahan perilaku, dan (4) perubahan yang dihasilkan dari belajar bersifat relative permanen.

Pendekatan dalam psikologi kognitif lebih menekankan pada arti perntik proses internal dan mental manusia. Dalam pandanga tokoh kognitif, tingkah laku manusia yang tampak tidak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental seperti, motivasi, kesengajaan, keyakinan dan lainnya.

A. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari teori belajar kognitif?

2. Siapa saja tokoh teori belajar kognitif?

3. Bagaimana implikasi teori belajar menurut aliran psikologi kognitif dalam pembelajaran?

4. Bagaimana kelebihan dan kekurangan teori belajar kognitif?

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari teori belajar kognitif.

2. Untuk mengetahui tokoh teori belajar kognitif.

3. Untuk mengetahui implikasi teori belajar menurut aliran psikologi kognitif dalam pembelajaran.

4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori belajar kognitif.

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A. Pengertian Teori Kognitif

Kognitivisme terkait kognisi (knowing) yaitu kegiatan mengetahui sesuatu yang mencakup perolehan, perngorganisasian dan pemakaian pengetahuan. Artinya, kognisi fokus pada memori, atensi, persepsi, bahasa, rasio, pemecahan masalah dan kreatifitas (Elliot,et.al.,1996:238) serta peran struktur mental atau pengorganisasiannya dalam proses mengetahui sesuatu (Lefrancois, 1988:55). Tekanan utama pendekatan psikologi kognitif terletak bagaimana informasi di proses dan disimpan.

Dengan demikian, psikologi kognitif menurut Phye dan Andre adalah studi tentang struktur kognisi dan komponennya dalam memproses informasi (Elliot,et.al.,1996:238). Konsep kognitif pembelajaran menurut Shuell, telah berpengaruh besar pada pembelajaran berupa pemberian kesadaran yang tinggi pada pendidik betapa pentingnya pengaruh pengetahuan awal (entry behavior) siswa dan strategi penguatan memori mereka terhadap pembelajaran mereka saat ini (Elliot,et.al.,1996:238).1

Jadi, dapat disimpulkan bahwa teori belajar kognitif adalah kegiatan belajar yang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan dan peran mental atau pengorganisasian sebagai informasi untuk diproses dan disimpan.

B. Tokoh Teori Belajar Kognitif

Berikut dibawah ini beberapa tokoh dalam teori belajar kognitif, diantaranya:

1. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget

Gredler (2011: 324) menyatakan bahwa fokus dan teori Jean Piaget adalah menemukan asal muasal logika alamiah dan trasformasinya dari suatu bentuk penalaran ke penalaran lain. Tujuan ini mengharuskan pemikiran logis pada bayi, jenis penalaran yang dilakukan anak kecil dan proses penalaran remaja dan dewasa.

Ainurrahman (2009: 58) menyatakan bahwa dalam teorinya, Piaget mengemukaakan secara umum anak berkembang melalui urutan yang sama, meskipun jenis dan tingkat pengalaman mereka berbeda satu sama lainnya. Perkembangan mental anak terjadi secara bertahap dari tahap perkembangan moral dan berikutnya.

Berikut dibawah ini dijelaskan teori perkembangan kognitif menurut jean Piaget:

a) Proses Kognitif

Santrock (2008: 43) menyatakan, dalam memahami dunia anak-anak secara aktif, mereka menggunaka skema (kerangka kognitif atau kerangka referensi). Piaget menyatakan bahwa ada dua proses yang bertanggung jawab atas cara anak menggunakan dan mengadaptasi skema mereka yaitu dengan asimilasi dan akomodasi. Selain itu, Piaget juga mengatakan untuk memahami mereka dengan mengorganisasikan dan ekuilibrasi.2

b) Tahap-tahap Perkembangan Teori Kognitif Piaget

1)  Tahap Sensorimotor

Usia anak dari lahir hingga sekitar 2 tahun, merupakan tahap pertama menurut Piaget. Dalam tahapan ini, bayi membangun pemahaman mengenai dunianya dengan mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensoris dengan tindakan-tindakan fisik dan monotorik. Bayi lahir dengan sejumlah reflex bawaan selain juga dorongan untuk mengeplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensasi reflex bawaan tersebut.

Pada tingat ini, anak belum memiliki kemampuan intelektrual yang cukup kompeten untuk memproses informasi dari dan melalui symbol-symbol dan kata-kata. anak mengenali lingkungan sebatas apa yang sedang didepan matanya. Bagi mereka, hal hal lain diluar batas penglihatan tidak akan disadari, dan dikatakan tidak ada.

2)  Tahapan Praoperasional

Belangsung usia 2 hingga 7 tahun, merupakan tahap kedua menurut Piaget gambar-gambar, melampaui hubungan sederhana antara informasi sensoris dan tindakan fisik. Mereka membentuk konsep yang stabil dan mulai bernalar.

Pemikiran praoperasional adalah awal dari kemampuan melakukan rekostruksi dalam pikiran terhadap hal-hal yang dicapai dalam bentuk perilaku. Pemikiran simbolik pada tahap ini sudah melampaui sekedar koneksi sederhana dari informasi sensoris dan gerakan fisik. Konsep yang stabil mulai terbentuk, mental resoning mulai tampak, terjadi egosentrimse dan megicalbelief atau kepercayaan benda mati itu hidup mulai terbangun. Terdapat dua sub tahapan pada pra-operasional.

Sub tahap fungsi simbolik merupakan sub tahapan pertama yang muncul pada usia 2 sampai 4 tahun. Pada sub tahapan ini, anak mulai membangun untuk mengahdirkan secara mental objek yang tidak ada atau tidak nampak oleh mereka.

Sub tahapan berfikir intuitif merupakan sub tahapan kedua dari tahapan pra-operasional yang terjadi kira-kira 4 sampai 7 tahun. Pada sub tahapan ini, seorang anak mulai menggunakan “primitive reasoning” dan ingin mengetahui jawaban dari berbagai macam pertanyaan yang mereka ajukan.

3)  Tahap Opetasional Konkret

Berlangsung usia 7 hingga 11 tahun, merupakan tahap ketiga menurut Piaget. Dalam tahapan ini, anak dapat melakukan operasi yang melibatkan objek-objek dan juga bisa bernalar dengan logis, sejauh hal itu diterapkan dengan contoh-contoh yang spesisfik atau konkret.

Pemikiran operasional konkret mencakup penggunaan operasi. Penalaran logika menggantikan penalara intuitif, tetapi hanya dalam situasi konkret. Kemampuan untuk menggolongkan sudah ada, tetapi beluim bisa memecahakn problem-problem absrak (Santrock, 2007).3 

4)  Tahap Operasional Formal

Berlangsung usia 11 sampai 15 tahun dan terus berlangsung hingga masa dewasa. Ini merupakan tahap keempat dan terakhir mnurut Piaget. Dalam tahapan ini, individu melampaui pengalaman-pengalaman konkret dan berpikir secara abstrak dan logis. Sebagai bagian dan pemikiran yang abstrak, remaja mengembangkan gambaran keadaan yang ideal. Dampak dari berpikir yang lebib abstrak, remaja mulai mengembangkan gambaran keadaan ideal menurut dirinya. Dalam menyelesaikan masalah, pada tahapan ini remaja lebih sistematis dan menggunakan alasan logis.

Unsur pokok pada pemikiran formal adalah pemikiran deduktif, induktif, dan absrak. Yang pertama, mengambil keputusan khusus dari pengalaman yang umum. Yang kedua, mengambil keputusan umum dari pengalaman-pengalaman yang kusus dan terakhir., abstraksi tidak berlangsung dari objek. Pada perkembangan ini remaja sudah mulai maju dalam memahami konsep proporsi dengan baik, sudah mampu menggunakan kombinasi dalam pemikirannya, dan sudah dapat menggabungkan dua referensi pemikiran. Ia juga sudah mengerti probabilitas dengan unsur kombinasi dan permutasinnya (Suparno, 2001).4

2. Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky

Tappan (1998) dalam Santrock (2008: 60) menyatakan bahwa ada tiga klaim dalam inti pandangan Vygotsky, yaitu:

a) Keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan diinterprestasikan secara developmental.

b) Kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa, dan bentuk diskursus, yang berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentransformasi aktivitas mental

c) Kemampuan kognitif berasaln dari relasi sosial dan diperngaruhi oleh latar belakang sosiokultural.

Menurut Vygotsky, menggunakan pendekatan developmental berarti memahami fungsi kognitif anak dengan memeriksa asal usulnya dan informasinya dari bentuk awal ke bentuk selanjutnya. Santrock (2008:60) Vygotsky menyatakan bahwa kemampuan kognitif berasal dari hubungan sosial dan kultur.

Dari keriga klaim dasar. Vygotsky mengajukan gagasan yang unik dan kuat tentang hubungan antara pembelajaran dan perkembangan. Salah satu ide unik Vygotsky adalah konsepnya tentang zone of proximal development. Zone Of Proximal Development adalah istilah yang digunakan oleh Vygotsky untuk serangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak secara sendirian tetapi dapat dipelajari dengan bantuan orang dewasa atau anak yang lebih mampu.

3. Teori Kognitif Menurut Lewin (Teori Medan)

(Khodijah, 2014) menyatakan teori yang dikemukakan oleh Lewin tahun (1892-1947). Menurutnya, masing-masing individu berada dalam medan kekuatan yang bersifat psikologis. Medan dimana individu bereaksi disebut dengan life space.

Jadi, menurut Lewin blajar berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalm struktur kognitif, yaitu hasil dari dua kekuatan meliputi struktur medan kognisi dan kebutuhan motivasi interanal individu.5

4. Teori Kognitif Menurut Jerome Bruner

(Syah, 2006) menyatakan bahwa menurut Jerome Bruner, pembelajaran hendaknya dapat menciptakan situasi agar mahasiswa dapat belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk menemukan pengetahuan dan kemampuan baru yang khas baginya.

Dalam teori belajar Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan belajar baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap, yaitu:

a) Tahap informasi : tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru,

b) Tahap trasformasi: tahap memahami, mencerna, dan menganalisis kemampuan baru serta mentransformasikan dengan hal baru yang bermanfaat,

c) Tahap evaluasi : untuk mengetahua apakah infrmasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak.6

5. Teori Kognitif Menurut David Paul Ausabel

(Dahar, 2011) menyatakan David Ausabel, seorang psikolog pendidikan menjelaskan bahwa dalam diri seorang pelajar sudah ada organisasi dan kejelasan tentang pengetahuan di bidang subjek tertentu. Ausabel menyebutkan organisasi ini sebagai struktur kognitif dan percaya bahwa struktur ini menentukan kemampuan pelajar untuk menangani berbagai ide dan hubungan baru.

Menurt Ausabel, ada dua jenis belajar, yaitu belajar bermakna (meaningful learning) dan belajar belajar menghafal (rote learning), berikut dibawah ini penjelasannya:

a) Belajar Bermakna (Meaning Learning)

Belajar bermakna adalah proses belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan stuktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Ausabel membagi belajar bermakna dengan dua dimensi, yaitu cara informasi atau materi yang disajikan kepada siswa diperoleh melalui penerima atau penemuan dan cara peserta didik mengaitkan informasi pada struktur kognitif berupa fakta, konsep, dan generaliasi yang dipelajari dan diingat oleh peserta didik.

b) Belajar Menghafal (Rote Learning) 

Belajar menghafa adalah peserta didik berusaha menerima dan menguasai bahan yang diberikan oleh guru atau yang dibaca tanpa makna. Belajar hafalan akan terjadi jika peserta didik tidak mampu mengaitkannpengetahuan baru dengan pengetahuan yang lama.7

 

C. Implikasi Teori Belajar Menurut Aliran Psikologi Kognitif Dalam Pembelajaran

Willingham (dalam Danim dan Khairil: 2010: 39) menyatakan bahwa hubungan psikologi kognitif dengan pembelajaran dikelas adalah seperti hubungan kognitif untuk kepentingan fisika untuk keperluan pembangunan di bidang tekni, semisal jembatan. Memang, pengetahuan tentang pikiran psikologi kognitif yang diperoleh dari percbaan tidak akan memberi tahu guru cara mengajar anak-anak secara baik. Namun, psikologi kognitif dapat menjelaskan prisip-prinsip pikiran siswa beroperasi sebagai pedoman latihan.

Dalam membahas tentang implikasi perkembanagan kognitif dalam pembelajaran maka akan dijelaskan tentang implikasi teori Piaget dalam pembelajaran dan dilanjutkan dengan implikasi teori Vygotsky dalam pembelajaran.

Santrock (2008: 61) menyatakan bahwa ada beberapa strategi mengajar untuk menerapkan teori Piaget dalam pembelajaran :

a) Gunakan pendekatan kontruktivis, Piaget menekankan anak akan belajar dengan baik jika mereka aktif mencari solusi sendiri.

b) Fasilitasi mereka untuk belajar.

c) Pertimbangkan kemampuan dan tingkat pemikiran anak.

d) Gunakan penialaian secara terus menerus.

e) Tingkatkan kemampuan intelektual murid.

f) Jadikan ruang kelas sebagai eksplorasi dan penemuan.

Santrock (2008: 64) menyatakan bahwa Vygotsky sebagai berikut:

a) Gunakan zone of proximal development.

b) Gunaka teknik scaffolding yaitu ketika murid membutuhkan bantuan untuk aktifitas inisiatifnya sendiri.

c) Gunakan kawan sesama murid yang lebih ahli sebagai guru.

d) Dorongan pembelajaran kolaboratif dan disadari bahwa pembelajaran melibatkan suatu komunitas orang yang belajar.

e) Pertimbangkan konteks kultural dalam pembelajaran.

f) Pantau dan dorong anak-anak dalam menggunaka private speech.

g) Nilai zone of proximal development bukan IQ nya.

Ormrod (2009:271) menyatakan bahwa implikasi teori psikologi kognitif dalam pembelajaran adalah

a) Dorongan siswa untuk berpikir tentang mteri pelajaran dengan cara yang akan membantu mereka mengingatkannya.

b) Bantu siswa mengidentifikasi hal-hal yang paling penting bagi mereka untuk dipelajari.

c) Berikan pengalaman yang akan membantu siswa memahami topic-topik yang mereka pelajari.

d) Kaitkan ide-ide baru dengan hal-hal yang telah diketahui dan diyakini siswa tentang dunia.

e) Pertimbangkan kelebihan dan keterbatasan dalam kemampuan pemrosesan kognitif siswa pada usia tingkat yang berbeda.

f) Rencanakan kegiatan-kegiatan kelas yang membuat siswa secara aktif berpikir dan menggunakan mata pelajaran di kelas.8

D. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Kognitif

Setiap teori belajar tentu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing (Thobrani, M. 2015) menyebutkan:

a) Kelebihan Teori Belajar Kognitif

1) Menjadikan peserta didik lebih kreatif dan mandiri;

2) Membantu peserta didik memahami bahan belajar secara lebih mudah.

b) Kekurangan Teori Belajar Kognitif

1) Teori tidak menyuruh untuk semua tingkat pendidikan;

2) Beberapa prinsip, seperti intelegensi, sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.9

 BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN


Dari beberapa pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Teori belajar kognitif adalah kegiatan belajar yang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan dan peran mental atau pengorganisasian sebagai informasi untuk diproses dan disimpan.

2. Tokoh dalam teori belajar kognitif yaitu, Jean Piaget, Vygotsky, Lewin, Jerome Bruner, dan David Paul Ausabel.

3. Implikasi dari teori belajar kognitif meliputi; dorongan siswa untuk berpikir tentang mteri pelajaran dengan cara yang akan membantu mereka mengingatkannya, bantu siswa mengidentifikasi hal-hal yang paling penting bagi mereka untuk dipelajari, berikan pengalaman yang akan membantu siswa memahami topic-topik yang mereka pelajari, kaitkan ide-ide baru dengan hal-hal yang telah diketahui dan diyakini siswa tentang dunia, pertimbangkan kelebihan dan keterbatasan dalam kemampuan pemrosesan kognitif siswa pada usia tingkat yang berbeda dan rencanakan kegiatan-kegiatan kelas yang membuat siswa secara aktif berpikir dan menggunakan mata pelajaran di kelas.

4. Kelebihan teori belajar kognitif yaitu menjadikan peserta didik lebih kreatif dan mandiri dan membantu peserta didik memahami bahan belajar secara lebih mudah. Kekurangan teori belajar kognitif yaitu teori tidak menyuruh untuk semua tingkat pendidikan dan beberapa prinsip, seperti intelegensi, sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.

 

  

DAFTAR PUSTAKA

Anidar, jum. Teori Belajar Menurut Aliran Kognitif serta Implikasinya dalam Pembelajaran.

Basri, Hasan. Kemampuan kognitif dalam meningkatkan efektivitas pembelajan ilmu social bagi siswa sekolah dasar.Jurnal Penelitian Pendidikan.

 Ekawati, Mona. Teori Belajar Menurut Aliran Psikologi Kognitif serta Implikasinya dalam Proses Belajar dan Pembelajaran. Journal unp. Vol. 7, No. 4.  2019.

Simatupang, Halim. Strategi Belajar Mengajar Abad-21. Surabaya: CV. Cipta Media Edukasi. 2019.

 


1Mona Ekawati, “Teori Belajar Menurut Aliran Psikologi Kognitif serta Implikasinya dalam Proses Belajar dan Pembelajaran”, Journal unp, Vol. 7, No 4 (2019), 2.

  2Jum Anidar, “Teori Belajar Menurut Aliran Kognitif serta Implikasinya dalam Pembelajaran”, 8.

  3Hasan Basri. “Kemampuan kognitif dalam meningkatkan efektivitas pembelajan ilmu social bagi siswa sekolah dasar”. Jurnal Penelitian Pendidikan. Hal. 4-5

  4Ibid, 5.

  5Jum Anidar, “Teori Belajar Menurut Aliran Kognitif serta Implikasinya dalam Pembelajaran”, 11-12.

  6Ibid, 12.

  7Halim Simatupang, Strategi Belajar Mengajar Abad-21, (Surabaya: CV. Cipta Media Edukasi, 2019), 33-34.

  8Jum Anidar, “Teori Belajar Menurut Aliran Kognitif serta Implikasinya dalam Pembelajaran”  , 13-14

9Halim Simatupang, Strategi Belajar Mengajar Abad-21, 36. 

Latest
Previous
Next Post »