Oleh:
Alfi Jannathi Nandia
Alfina Noor Laila
Alfina Nurhidayah
Anis Yulya
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Belajar adalah sebuah proses yang terjadi pada manusia dengan berpikir, merasa, dan bergerak untuk memahami setiap kenyataan yang diinginkannya untuk menghasilkan kecakapan atau pengetahuan. Belajar berarti sebuah pembaharuan menuju pengembangan diri individu agar kehidupannya bisa lebih baik dari sebelumnya. Belajar bisa berarti adaptasi terhadap lingkungan dan interaksi seorang manusia dengan lingkungannya.
Berpijak dari pandangan itu kontruktivisme berkembang. Dasarnya pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari konteks yang terbatas dan sedikit demi sedikit. Kontruktivisme merupakan aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi kita sendiri.
Kontruktivisme menawarkan paradigma baru dalam dunia pembelajaran. sebagai landasan paradigma pembelajaran, perlunya siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri. Akibatnya orientasi pembelajaran dikelas mengalami pergeseran. Orientasi bergeser dari berpsan ada guru mengajar pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa kini diposisikan sebagai mitra belajar guru. Guru bukan satu – satunya pusat informasi. Guru hanya salah satu sumber belajar atau sumber informasi. Sedangkan sumber belajar yang lain bisa teman sebaya, perpustakaan, alam, laboratorium, televisi, koran dan internet.
B.Rumusan Masalah
1.Apa pengertian dari teori belajar kontruktivisme?
2.Apa prinsip belajar teori kontruktivisme?
3.Apa kelebihan dan kekurangan teori belajar kontruktivisme?
C.Tujuan
1.Mengetahui pengertian dari teori belajar kontruktivisme.
2.Mengetahui prinsip belajar teori kontruktivisme.
3.Mengetahui kelebihan dan kekurangan teori belajar kontruktivisme.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Teori Belajar Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Menurut Slavin (2006) teori konstruktivistik adalah teori yang menyatakan bahwa peserta didik secara individual harus menemukan dan mentransformasi informasi kompleks, informasi yang baru terhadap aturan-aturan informasi yang lama, dan merevisi aturan-aturan yang lama bila sudah tidak sesuai lagi. Menurut Santrock (2008) konstruktivisme adalah pendekatan untuk pembelajaran yang menekankan bahwa individu akan belajar dengan baik apabila mereka secara aktif mengkonstruksi pengetahuan dan pcmahaman. Hakikat pembelajaran konstruktivistik menurut Brooks & Brooks (1993) adalah pengetahuan bersifat non-objektif, bersifat temporer, selalu berubah, dan tidak menentu. Belajar dilihat sebagai penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. Mengajar berarti menata lingkungan agar siswa termotivasi dalam menggali makna. Atas dasar ini, maka siswa akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada pengalaman dan perspektif yang digunakan dalam menginterpretasikannya.
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan teori behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus dan respon, sedangkan teori kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya. Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada orang lain, karma setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif dimana terjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema yang baru. Teori konstruktivisme juga mempunyai pemahaman tentang belajar yang lebih menekankan pada proses daripada hasil. Hasil belajar sebagai tujuan dinilai penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam belajar juga dinilai penting.
Dalam proses belajar, basil belajar, cara belajar, dan strategi belajar akan mempengaruhi perkembangan tata pikir dan skema berpikir seseorang. Sebagai upaya memperoleh pemahaman atau pengetahuan, siswa “mengkonstruksi” atau membangun pemahamannya terhadap fenomena yang ditemui dengan menggunakan pengalaman, struktur kog-nitif, dan keyakinan yang climiliki. Dengan demikian, belajar menurut teori konstruktivisme bukanlah sekadar menghafal, akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil “pemberian” dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu. Pengetahuan hasil dari “pemberian” tidak akan bermakna. Adapun pengetahuan yang diperoleh melalui proses mengkonstruksi pengetahuan itu oleh setiap individu akan memberikan makna mendalam atau lebih dikuasai dan lebih lama tersimpan/diingat dalam setiap individu.[ Feida Noorlaila Isti’adah, Teori-Teori Belajar Dalam Pendidikan, (Edu Publisher: Tasikmalaya, 2020) 215.]
Shymansky mengatakan konstuktivisme adalah aktivitas yang aktif, di mana peserta didik membina sendiri pengetahuannya, mencari arti dari apa yang mereka pelajari, dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berfikir yang telah ada dimilikinya.9 Berdasarkan pendapatnya di atas, maka dapat di pahami bahwa konsturktivisme merupakan bagaimana mengaktifkan siswa rengan cara memberikan ruang yang seluas-luasnya untuk memahami apa yang mereka telah pelajari dengan cara menerpakan konsep-konsep yang di ketahuinya kemudian mempaktikkannya ke dalam kehidupan sehari-harinya. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat dibuat sebuah kesimpulan yaitu konstruktivisme merupakan sebuah teori yang memberikan keluasan berfikir kepada siswa dan memberikan siswa di tuntut untuk bagaimana mempraktikkan teori yang sudah di ketahuinya dalam kehidupannya.
Adapun tujuan dan teori ini adalah sebagai berikut:
a.Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.
b. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya.
c.Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap.
d.Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
e.Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
B.Prinsip-prinsip Belajar Tokoh Konstruktivisme
Dalam sebuah teori pasti memiliki prinsip, prinsip dapat dijadikan sebuah untuk melakukan sesuatu dan untuk mencapai sebuah tujuan, begitupun di dalam pembelajaran konstruktivisme, konstruktor pengetahuan aktif memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut::
1.Pengetahuan tidak dapat dipindah dari guu kemurid, kecuali dengan keaktofan murid sendiri, sehingga dibutuhkan sebuah belajar aktif, pembelajar secara aktif mengkonstruksikan belajarnya dari berbagai macam input yang diterimanya. Pembelajar perlu bersikap aktif agar proses pebelajararan menjadi efektif. Siswa berperan aktif untuk menemukan jawaban dari sebuah permasalahan.
2.Pengetahuan dibangun oleh siswa itu sendiri. Anak-anak belajar dengan dengan menyelesaikan berbagai konflik kognitif (konflik dengan berbagai ide dan konsepsi lain) melalui pengalaman, refleksi, dan metakognisi.
3.Bagi konstruktivis, belajar adalah pencarian makna, Pembelajar secara aktif berusaha mengkonstruksikan makna. Dengan demikian guru mestinya berusaha mengkonstruksikan berbagai kegiatan belajar seputar ide-ide besar dan eksplorasi yang memungkinkan pembelajar untuk mengkonstruksikan makna.
4.Murid bertanya dan berdialog dengan guru dan teman satu kelas. Konstruksi pengetahuan bukan sesuatu yang bersifat individual semata-mata. Belajar juga dikonstruksikan secara sosial, melalui interaksi dengan teman sebaya, guru, orang tua dan sebagainya.
5.Elemen lain yang berakar pada fakta bahwa pembelajar secara individual dan kolektif mengkonstruksilan pengetahuan adalah bahwa agar efektif guru harus memiliki pengetahuan yang baik tentang perkembangan anak dan teori belajar, sehingga mereka dapat menilai secara lebih akurat belajar seperti apa yang dapat terjadi.
6.Di samping itu belajar selalu dikonseptualisasikan. Kita tidak mempelajari fakta-fakta secara murni abstrak, tetapi selalu dalam hubungannya dengan apa yang telah kita ketahui. Kita juga belajar dalam kaitannya dengan prakonsepsi kita. Ini berarti bahwa kita dapat belajar dengan paling baik bila pembelajaran baru itu berhubungan secara eksplisit dengan apa yang telah kita ketahui.
7.Belajar secara betul-betul mendalam berarti mengkonstruksikan pengetahuan secara menyeluruh, dengan mengeksplorasi dan menengok kembali materi yang kita pelajari dan bukan dengan cepat pindah dari satu topik seperti pada pendekatan pengajaran langsung. Murid hanya dapat mengkonstruksikan makna bila mereka dapat melihat keseluruhannya.
Mengajar adalah sebagai pemberdayaan pembelajar, dan memungkinkan pembelajar untuk menemukan dan melakukan refleksi terhadap pengalaman-pengalaman realistis. Ini akan menghasilkan pembelajaran otentik dan pemahaman yang lebih dalam bila dibandingkan dengan memorisasi permukaan yang sering menjadi ciri pendekatan-pendekatan mengajar lainnya. Ini juga membuat kaum konstruktivis percaya bahwa lebih baik menggunakan bahan-bahan hands-on dari riil dari pada textbook.
Footnote: Dadang Supardan ,Teori Dan Praktik Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran, Edunomic Volume 4 No. 1, hal 6-7, 2016
C.Kelebihan dan Kekurangan Teori Konstruktivisme
1.Kelebihan
Hidup ini, tidak ada yang sempurna ada kebaikan ada juga keburukan, begitu juga dengan sebuah teori. Tidak ada teori yang sempurna akan tetapi saling melengkapi antara yang satu dengan yang lainya begitu juga konstruktivisme. Adapun kelebihan dari teori konstruktivisme diantaranya :
a.Guru bukan satu-satunya sumber belajar. Maksudnya yaitu dalam proses pembelajaran guru hanya sebagai pemberi ilmu dalam pembelajaran, siswa tuntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajarannya, baik dari segi latihan, bertanya, praktik dan lain sebagainya, jadi guru hanya sebagi pemberi arah dalam pembelajaran dan menyediakan apa-apa saja yang dibutuhkan oleh siswanya. Sebab dalam kosntruktivisme pengetahuan itu tidak hanya di dapatkan dalam proses pembelajaran akan tetapi bisa juga di dapatkan melalui diskusi, pengalaman dan juga bisa di dapatkan di lingkungan sekitarnya.
b.Siswa (pembelajaran) lebih aktif dan kreatif. Maksudnya di mana siswa dituntut untuk bisa memahami pembelajarannya baik di dapatkan di sekolah dan yang dia dapatkan di luar sekolah, sehingga pengetahuan-pengetahuannya yang dia dapatkan tersebut bisa dia kaitkan dengan baik dan seksama, selain itu juga siswa di tuntut untuk bisa memahami ilmu-ilmu yang baru dan dapat di koneksikan dengan ilmu-ilmu yang sudah lama.
c.Pembelajaran menjadi lebih bermakna. Belajar bermakna berarti menginstrksi informasi dalam struktur penelitian lainnya. Artinya pembelajaran tidak hanya mendengarkan dari guru saja akan tetapi siswa harus bisa mengaitkan dengan pengalaman-pengalaman pribadinya dengan informasi-informasi yang dia dapatkan baik dari temanya, tetangganya, keluarga, surat kabar, televisi, dan lain sebagainya.
d.Pembelajaran memiliki kebebasan dalam belajar. Maksudnya siswa bebas mengaitkan ilmu-ilmu yang dia dapatkan baik di lingkungannya dengan yang di sekolah sehingga tercipta konsep yang diharapkannya. Kelima, perbedaan individual terukur dan di hargai. Keenam, guru berfikir proses membina pengetahuan baru, siswa berfikir untuk menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan_
2.Kekurangan
a.Proses belajar konstruktivisme secara konseptual adalah proses belajar yang bukan merupakan perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke dalam diri siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemutakhiran sruktur kognitif.
b.Peran siswa. Menurut pandangan ini, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan.
c.Peran guru. Dalam pendekatan ini guru atau pendidik berperan membantu agar proses pengonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak menerapkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri.
d.Sarana belajar. Pendekatan ini menekankan bahwa peran utama dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengonstruksi pengetahuannya sendiri.
e.Evaluasi, pandangan ini mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas, konstruksi pengetahuan, serta aktifitas-aktifitas lain yang didasarkan pada pengalaman.
Footnote: Suparlan, Teori Konstruktivisme Dalam Pembelajaran, (Lombok: STIT Palapa Nusantara Lombok NTB,2019). Vol. 1, Hlm. 85-87
Daftar Pustaka
Feida Noorlaila Isti’adah, Teori-Teori Belajar Dalam Pendidikan, (Edu Publisher: Tasikmalaya, 2020) 215.
Suparlan, Teori Konstruktivisme Dalam Pembelajaran, Lombok, STIT Palapa Nusantara Lombok NTB,2019.
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon